menulis ala ipong

pinter karena membaca.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 09 Januari 2019

Panggilan jiwa para relawan

" Relawan tidak di bayar bukan karena tidak berharga, Tapi tidak ternilai harga nya "

Itulah kata pepatah yang sering kita dengar untuk para relawan yang sebagian hidup nya senantiasa di pakai untuk membantu sesama.

Akhir-akhir ini rangkaian kejadian bencana alam yang datang di tanah air akhir - akhir ini, selalu menyisakan duka yang sangat mendalam bagi para korban terdampak.

Mereka yang menjadi korban mengalami trauma dan duka yang sangat mendalam, sebab tidak sedikit dari mereka telah kehilangan harta benda bahkan sampai kehilangan nyawa anggota keluarga yang mereka cintai.

Bahkan sampai saat ini, belum ada satu pun ilmu pasti yang bisa menolak atau pun melawan bencana yang setiap saat datang mengintai negri kita ini, pemerintah melalui BMKG hanya bisa memprediksi daerah rawan bencana di seluruh Indonesia.

Setelah bencana alam gempa besar yang meluluh lantakan sebagian besar provinsi Lombok, bencana alam gempa dan tsunami di kota Palu, longsoran gunung anak krakatau di selat Sunda yang menyebab kan gelombang tsunami di sepanjang pesisir Banten dan Lampung, hingga baru-baru ini kejadian bencana tanah longsor pada moment pergantian tahun di Kabupaten Sukabumi, yang telah menelan satu kampung beserta 33 korban jiwa.

Tim SAR dan Para relawan seluruh Indonesia senantiasa di sibukan dengan berbagai kejadian bencana alam, mereka terlihat bahu membahu, datang silih berganti untuk membantu para korban di bergai titik lokasi bencana.

Atas dasar kemanusiaan dan tidak terlepas dari sebuah panggilan hati, para relawan yang terkoordinir dalam sebuah payung organisasi, atau pun relawan yang bergerak perorangan, mereka terlihat dan terlibat berjuang langsung untuk membantu bahkan mempertaruhkan jiwa dan raga nya di berbagai lokasi bencana.

Di saat orang - orang serta para korban di lokasi bencana di hinggapi rasa takut dan rasa trauma akan kejadian yang menimpa, bahkan mencoba untuk menjauh dari lokasi rawan bencana pergi bahkan sampai mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Para relawan justru berfikir berbalik, mereka malah datang ke lokasi bencana tanpa rasa takut, datang seolah menantang maut, demi sebuah tujuan membantu, datang dari berbagai juru dengan misi membantu sesama, dari mulai tindakan evakuasi, emergency, memberikan pertolongan medis, pendistribusian logistik hingga relokasi dan rekontruksi lokasi pasca bencana.

Mereka datang untuk membantu berkontribusi dalam hal terkecil dan sederhana sampai membantu berkontribusi dalam skala besar.

Pengalaman yang paling berharga bagi mereka yang pernah bergabung dalam membantu misi kemanusiaan pada setiap bencana alam bersama relawan - relawan nusantara lain nya, pasti nya selain mendapat kan penglaman sangat berharga yang tidak akan ternilai dan berbagai ilmu dalam mengantisipasi bencana alam yang terjadi.

Sifat tolong menolong, gotong royong serta kebersamaan akan sangat terlihat jelas jika berada di suatu lokasi bencana, mereka berjuang tanpa lelah bersama, tanpa melihat suku, ras dan agama atau pun perbedaan lain nya.

Yang sangat mengharukan dan bangga menjadi warga negara Republik Indonesia ini, ternyata masih banyak orang - orang tulus, tanpa pamrih, bergerak membantu dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.

Dengan terlihat nya relawan - relawan di berbagai lokasi bencana, mereka datang dari berbagai penjuru nusantara, bergabung menjadi satu di berbagai posko dan titik lokasi bencana.

Seperti yang terlihat di lokasi bencana tanah longsor Kec Cisolok Kab Sukabumi awal tahun ini, ada sekumpulan relawan yang berasal dari daerah Jawa Tengah, mereka datang ke Sukabumi dengan menggunakan kendaraan roda empat sampai sepeda motor.

Bahkan ada beberapa anggora tim nya yang datang langsung, selepas bertugas menjadi relawan di lokasi bencana alam, Lombok, Palu, Banten dan langsung datang membantu di Lokasi Bencana tanah longsor Sukabumi, tanpa pulang terlebih dahulu ke rumah nya.

Mereka datang tanpa sebuah undangan, datang murni atas panggilan hati dan jiwa dengan satu misi, yaitu, kemanusiaan.

Mereka datang dan berasal dari berbagai kota dan bendera yang berbeda, tapi alangkah indah nya, di lokasi bencana mereka bahu-membahu berjuang membatu, berkumpul menjadi satu, satu komando satu kekuatan, tanpa saling meninggikan ego dan bendera masing - masing.

Ada hal yang menarik dalam tubuh tim mereka dan sangat patut kita apresiasi, salah satu kunci yang menjadikan mereka solid untuk menjadi satu tim tangguh hingga saat ini adalah kebersamaan.

Dan, kebersamaan lah, yang menjadi kan mereka sebuah tim tangguh dengan julukan. Tim pemburu korban tanah longsor.

Dengan andalan beberapa mesin alcon atau alat pompa air kekuatan tinggi yang mereka miliki, dengan biaya operasional hasil patungan sesama anggota.

Di setiap lokasi bencana mereka berjuang tanpa lelah, mereka senatiasa bergelut dengan tanah lumpur, mencari para korban yang tertimbun tanah, tanpa merasa jijik akan bakteri dan penyakit, atau terlihat takut akan bahaya longsor susulan yang mengancam jiwa dan keselamatan mereka.

Kebersamaan dan kesolidan membawa mereka menjadi sebuah tim yang patut menjadi tauladan berbagai pihak serta relawan lain nya, berjuang tanpa pamrih, berjuang tanpa ingin menunjukan bendera masing-masing.

Unik nya mereka menjadi kan hewan celeng ( babi hutan ), sebagi filosopi perjuangan sekaligus menjadi nama atau wadah perjuangan mereka.

Karena menurut salah satu dari mereka, hewan celeng itu kalau sudah bergerak melangkah ke depan pasti tidak akan bisa berbelok atau mundur ke belakang.

Dan The Celengers Indonesia, mempunyai slogan " Pantang pulang sebelum korban tertimbun di temukan".

Minggu, 23 Desember 2018

Gunung Sunda Festival vol #4

Gelaran acara Gunung Sunda Festival tinggal hitungan hari. Acara tahunan yang senantiasa di selenggarakan pada tanggal 31 Des 2018, Dan, di motori langsung oleh para pemuda hebat di kaki Gunung sunda Kab Sukabumi.

Acara yang akan di laksanakan pada moment pergantian tahun, sekaligus menandai gelaran tahunan yang telah berhasil menginjak acara yang ke 4 yang telah di laksanakan, kesibukan pun sudah terlihat jelas dalam tingkat kematangan susunan acara, yang telah di persiap kan para panitia.

Seperti gelaran acara sebelum nya, Gunung Sunda Fest Vol #4 ini, akan di rasa lain dari pertunjukan - pertunjukan sebelum nya, apa yang akan menjadi perbedaan pada perhelatan tahunan Gunung Sunda kali ini.

Yaitu, akan hadir nya para seniman yang berasal dari berbagai negara, sudah tercatat para seniman dari ke 17 negara sudah di pastikan akan turut terlibat dalam memeriah kan acara tersebut.

Selain seniman negara Germany yang akan turut ambil bagian dalam acara tersebut, akan turut hadir juga beberapa seniman dari negara asal Spanyol, Iran, Turkey, Israel, Argentina dan Indonesia sendiri tentu nya.
Para seniman Internasional yang akan tampil di gelaran Gunung Sunda Fest, adalah hasil seleksi ketat para panitia.

Dari puluhan seniman yang mendaftar, hanya beberapa seniman terpilih dan telah lulus seleksi panitia, yang nanti nya akan tampil dalam acara tersebut.

Acara mandiri para pemuda pelestari Kawasan Gunung Sunda ini patut mendapat kan apresiasi dan layak masuk dalam list liburan anda semua, acara lokal yang berhasil mendatang kang para seniman internasional ini sekaligus acara pertama yang di gelar di kota Sukabumi yang di meriahkan para seniman luar negri dengan berbagai bidang karya seni nya.

Rabu, 24 Januari 2018

Gerakan Nusantara Terdidik, Membangun gerakan sosial pendidikan

"  Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia. "  (Nelson Mandela)

Berawal dari rasa keperihatinan akan potret pendidikan yang terjadi di berbagai daerah, khusus nya di daerah pelosok Sukabumi.

Kumpulan para mahasiswa yang tengah menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi di Kota Jakarta.
Mahasiswa asal Sukabumi yang tengah kuliah di UIN Jakarta dan UMJ, mulai menginisiasi sebuah gerakan untuk mendorong perbaikan sistem pendidikan di Sukabumi dan pemberdayaan generasi muda.

" Mengabdi, menginspirasi, menggerakan "

Adalah visi dan misi dari komunitas Gerakan Nusantara Terdidik.
Sebuah wadah yang senantiasa memfokus kan diri pada bidang sosial dan pendidikan.

Sejak berdiri nya komunitas ini pada tanggal 22 Februari 2017, telah banyak kegiatan yang telah mereka lakukan.
Salah satu program hebat yang telah mereka cetus kan bersama. Yaitu, program Gerakan Sukabumi Mengajar (GSM).

Saat ini kegiatan Gerakan Sukabumi Mengajar Batch 1, tengah berlangsung di Kecamatan Tegal Buled Kab Sukabumi.

Upacara pelepasan para Relawan Gerakan Sukabumi Mengajar (GSM) di lakukan langsung oleh ibu Reni Marlinawati anggota komisi X DPR RI bidang pendidikan, di gedung sasana tinju Gor Pelabuhan Ratu, Kab Sukabumi (13/1/18).

Terhitung sejak tanggal 14-27 Januari 2018, para relawan akan terbagi menjadi dua team, mereka akan mengabdi selama dua minggu, menjadi pengajar serentak di dua sekolah yang berbeda.

Lokasi pertama pengabdian di lakukan di sekolah MI Manukur dan lokasi yang ke dua yaitu di SDN Cirengrang Desa Rambay Kec Tegal Buled Kab Sukabumi.

Selain melakukan pengabdian dalam berbagai bidang di lokasi yang di kunjungi, para relawan di tuntut untuk turut ambil bagian langsung dalam kegiatan mengajar di sekolah yang mereka datangi, sekaligus membawa bantuan donasi berbagai alat keperluan penunjang kegiatan belajar para murid, seperti Atk, dll.

Menurut salah satu pendiri GNT. Ikin Sodikin, mahasiswa semester 8 di UIN Jakarta ini, di harap kan gerakan ini bisa menjadi satu upaya positif untuk kemajuan pendidikan di pelosok dan bisa menciptakan dampak berkelanjutan dari kehadiran pengajar di desa penempatan.
Sesuai visi dan misi Gerakan Nusantara Terdidik.

Di akhir obrolan Ikin Sodikin berharap gerakan nya bisa menjadi Inspirasi dan contoh untuk para komunitas serta generasi muda lain nya, agar sekecil apapun bisa ambil peran dan bagian untuk kemajuan pendidikan adik - adik di pelosok dan demi tercipta nya Generasi Cerdas Indonesia.

Sabtu, 20 Januari 2018

Bumi kopi, langkah awal untuk kebangkitan kopi lokal, Sukabumi

" Semua kopi yang tumbuh di Indonesia itu enak. Dunia sudah mengakui nya. Tinggal bagaimana cara kita menanam  dan mengolah nya. "

Hari minggu 21/01/18 bisa di katakan sebagai momentum untuk kebangkitan kopi di Sukabumi, Bertempat Bumi Kopi yang berlokasi di Wana Wisata Situ Cijeruk, Desa Sukamekar, Kec Sukaraja, Kab Sukabumi.
Sharing dan diskusi seputar kopi, yang melibat kan para petani dan pegiat kopi di Kota Sukabumi.

Suatu kebanggaan bagi kita semua, terutama yang turut hadir dalam agenda silaturahmi tempo hari, acara yang di gelar di Bumi Kopi Sukabumi ini di hadiri langsung oleh maestro atau jawara kopi kelas Internasional, yang di datang kan langsung dari kota Bandung.

Bapak Ayi Sutedja, beliau adalah petani kopi yang berasal dari Gunung Puntang. Kabupaten Bandung.
Yang baru - baru ini berhasil menyabet juara pertama di kancah Internasional dalam ajang bergengsi " Specialty Coffee Association of America  (SCAA) expo 2016, di kota Atlanta, Georgia Amerika Serikat (AS).

Jawara kopi yang akrab di sapa  dengan sebutan akang Ayi, pada kesempatan sharing ini lebih banyak memberikan wejangan dan bercerita tentang pengalaman nya selama ber kecimpung di dalam dunia perkopian nusantara.

Selain memberikan ilmu di dalam berbagai pengalaman nya di dalam dunia per kopi an,
Beliau juga memberikan cindera mata untuk para petani dan pegiat kopi di Sukabumi.
Sebuah buku " Pelatihan budidaya ber kelanjutan. ( Good Agriculture Practices - GAP ) Dan, Pasca Panen ( Post - Harvest ) Kopi Arabica.
Serta modul panen dan pasca panen kopi.

Dalam acara silaturahmi ini, turut hadir pula budayawan serta tokoh pegiat media sosial dan pariwisata kang Dedi Suhendra, serta perwakilan para barista dan pemilik kedai kopi di Kota Sukabumi, perwakilan para komunitas. Dan, tentu nya di hadiri pula oleh para petani kopi lokal, dari berbagai wilayah di Kabupaten Sukabumi.

Tujuan di selenggarakan nya acara ini, tidak lain adalah untuk mendukung petani lokal dan lebih ke memotivasi khusus nya para petani kopi itu sendiri.

Disini, kita bukan bermaksud untuk mengajari atau pun menggurui para petani kopi yang sudah faham betul di dalam dunia pertanian, karena mereka sudah bidang nya.

Tapi, kita lebih ke arah membangun kembali semangat para petani, untuk bisa lebih meningkat kan daya jual hasil pertanian nya.

Dengan cara memberikan edukasi tentang cara pengolahan pra dan pasca panen, agar mampu menghasil kan biji kopi terbaik.
Tentu nya bisa di terima oleh pasar dan mempunyai daya jual yang tinggi, nanti nya. Ujar kang Narji. Salah satu pegiat kopi yang konsen di Bumi Kopi dalam obrolan di akhir kegiatan sore itu.

Kamis, 12 Oktober 2017

Krisis Regenerasi di negara padat penduduk

Populasi penduduk Indonesia bertambah 4 juta jiwa setiap tahun nya, Data per bulan juli 2017 yang di keluarkan Departemen......, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai di angka 262 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut telah berhasil membawa negara ini ke peringkat empat sebagai negara terpadat di dunia.

Berbagai program pemerintah untuk mengantisipasi pesat nya pertumbuhan penduduk sudah di luncur kan jauh-jauh hari. Seperti program Keluarga Berencana (KB).

Era milenial serta akibat serbuan dunia industri yang kian maju, sangat berdampak sekali pada tatanan kehidupan masyarakat.

Era globalisasi dan semakin pesat nya perkembangan  jaman saat ini, secara tidak langsung mulai mengikis pondasi budaya yang sejak dulu sudah tertanam, yang menjadi warisan para leluhur terdahulu kita.

Sudah sejak jaman dulu Negara Kesatuan Republik Indonesia, sudah terkenal dengan kekayaan aneka ragam adat dan budaya nya, berbagai macam suku dan ras sejak jaman dulu sudah hidup berdampingan dengan penuh damai.

Selain mempunyai kekayaan alam yang melimpah, berbagai karya yang sudah penduduk Indonesia toreh kan pun sudah tidak terhitung lagi jumlah dan bentuk nya, beraneka ragam hasil karya banyak sudah di hasil kan oleh masyarakat Indonesia yang sudah terkenal di dalam bahkan sampai ke luar negri.

Berbagai jenis mata pencaharian masyarakat yang hidup di dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini pun sangat beragam bidang nya.

Di mulai dari karyawan, pedagang, pengrajin, petani dan nelayan, serta berbagai bidang - bidang non formal lain nya.

Tetapi saat ini, semua bidang non formal tersebut mulai mengalami krisis regenerasi, bahkan mulai kehilangan generasi penerus.

Bidang - bidang yang sejak jaman dulu sudah menjadi bagian dari warisan leluhur bangsa ini, sekaligus yang menjadi ciri khas atau budaya negara ini, kini mulai mengalami krisis generasi atau kehilahangan bibit penerus nya.

Dalam bidang pertanian, kini sudah sangat sulit di temukan anak muda yang benar - benar konsen menggeluti bidang tersebut, selain permasalahan lahan pertanian yang semakin sempit, yang tergerus roda pembangunan di berbagai sektor. Perlahan mulai menelan areal lahan pertanian menjadikan lahan alih fungsi yang tidak lagi mampu memproduksi hasil pertanian.

Pesat nya pembangun seketika menyulap lahan terbuka menjadi pemukiman padat.

Di tambah lagi permasalahan tentang tidak ada nya rasa bangga jika hidup di jaman sekarang ini masih ber predikat menjadi seorang petani.

Para pengrajin dan pengusaha kayu yang menghasil kan aneka bentuk furniture pun kini mulai resah, hampir bisa di katakan kalau generasi saat ini, adalah generasi terakhir, karena susah nya para penerus yang bisa melanjut kan usaha bidang tersebut di kemudian hari.

Seperti hal nya para petani dan bidang-bidang lain nya, nasib pengrajin pandai besi pun tidak jauh berbeda nasib nya, di dalam hal mencetak bibit generasi penerus yang bisa meneruskan keberlangsungan usaha nya itu.

Mereka pun kini sudah mulai kesulitan dalam mencari bibit penerus usaha yang di geluti, minim nya minat generasi saat ini pada bidang-bidang pekerjaan home industri ini perlu sekali secepat nya mendapat kan perhatian serius dari kita semua terutama pihak yang sangat berkopeten untuk menangani krisis generasi usaha berbasis masyarakat ini.
Di butuh kan peran serta kita semua, untuk mengangkat kembali gairah para pengusaha berbasis rumahan tersebut,  mendukung sepenuh nya mereka, yaitu dengan cara memakai semua bentuk hasil produksi para pengusaha rumahan, cara itulah yang akan menyelamat kan nasib mereka beserta para generasi nya.

Senin, 02 Oktober 2017

Melestarikan kopi bersama Komunitas Edu Kopi.

Negara Indonesia sejak dari jaman penjajahan telah terkenal sebagai negri agraris penghasil biji kopi terbaik.

Para petani pendahulu di negara ini, sejak dahulu telah berhasil mengembangkan berbagai varietas tanaman kopi pilihan, seperti jenis tanaman kopi Arabica dan Robusta.

Negara Indonesia yang ber iklim tropis, mempunyai kontur tanah nya sangat cocok sekali untuk pengembangan berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman jenis kopi.

Kualitas kopi Indonesia, tidak akan di ragukan lagi ke unggulan kualitas nya. Sejak jaman dulu jenis kopi dari negara Indonesia mempunyai pasar di eropa, bahkan pernah merajai pasar eropa dan meraih peringkat satu sebagai kopi terbaik di dunia.

Saat ini, bisa di katakan mayoritas penduduk usia dewasa di Indonesia adalah konsumen kopi, untuk sebagian masyarakat di negri ini, minum secangkir kopi bahkan lebih dalam setiap hari nya, itu bisa di katakan hal yang sudah lazim, bahkan wajib hukum nya.

Secangkir kopi sudah di percaya oleh sebagian besar masyarakat adalah minuman penyuplay energi ke dalam tubuh yang bisa membantu ketahanan energi tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas.

Di indonesia berbagai merek dagang kopi terjual bebas di pasaran, dari pasar modern hingga tradisional, sekelas warung kecil pun sudah di pastikan tersedia berbagai jenis merek dagang kopi instan yang di kemas dalam bentuk sachet.

Harga jual yang di tawarkan pun sangat beragam dan bisa di katakan sangat lah terjangkau untuk semua kalangan, setiap sachet dengan berat 150g yang hanya cukup untuk di sajikan dalam satu cangkir kopi, di jual dengan harga  Rp 1.000 hingga Rp 3.000/sachet, sudah tersedia berbagai varian rasa.

Selama ini para petani kopi di berbagai daerah berbeda di Kab Sukabumi, menjual hasil panen biji kopi kepada para pengepul kisaran harga Rp 1.000 hingga Rp. 2.000 untuk setiap kg ceri kopi.

Harga yang sangat tidak layak untuk setiap kilo biji kopi yang di hasil kan, mengingat harga jual kopi asli saat ini di pasaran sangat lah tinggi, berbeda dengan harga murah kopi sachetan. Karena kopi sachetan mungkin saja sudah tidak 100% menggunakan bahan baku kopi asli, bahkan ada yang sudah di campur bahan jagung.

Berawal dari keprihatinan akan kesejahteraan para petani kopi, sekumpulan para pemuda yang peduli akan kelestarian kopi aseli tanah Indonesia.
Membuat wadah demi membantu meloloskan para petani dari ketidak tahuan akan khasiat dan manfaat bahkan kualitas kopi yang di hasil kan nya, supaya tidak lagi melakukan penanaman, pemeliharaan bahkan menjual biji kopi tanpa melalui dulu proses yang semesti nya.

Selain melakukan edukasi berkesinambungan kepada para petani.
Komunitas Edukopi ini juga secara bertahap melakukan pendekatan kepada para petani dan melakukan diskusi langsung untuk sharing seputar permasalahan yang di hadapi para petani kopi.

Peran Komunitas Edukopi sendiri, selama ini membantu memberikan edukasi seputar perawatan dan pemeliharaan tanaman kopi.

Memberikan contoh bagaimana tata cara panen yang benar, bahkan membantu petani mengurus biji kopi, di mulai dari panen, menjemur, bahkan sampai membantu agar para petani mendapat kan harga jual kopi yang tinggi.

Cara panen yang di lakukan petani selama ini di rasa salah dan bisa merugikan petani itu sendiri. Yaitu, panen dengan cara biji kopi di panen sekaligus atau di kenal dengan istilah petik sekaligus (parol).

Cara ini memaksa petani hanya mampu panen satu kali dalam satu tahun nya, sedangkan proses pemetikan biji kopi yang di saran kan kepada para petani oleh para pemuda pecandu kopi ini.

Cara panen yang benar menurut mereka adalah, di harus kan saat panen hanya di petik biji kopi yang tua (merah) saja, membiarkan yang hijau tetap tumbuh untuk bisa di petik bulan depan nya.

Cara ini akan membuat petani memiliki waktu panen setiap bulan sepanjang tahun.

Selama ini para petani masih mengejar quantity di waktu panen tanpa mempedulikan kualitas biji kopi yang akan di hasil kan.
Karena selama ini petani masih berfikir, semakin berat kilo gram yang di hasil kan waktu panen, maka akan semakin besar juga rupiah yang akan di dapat.

Komunitas Edukopi mempunyai tujuan, agar supaya para petani bisa merubah pola berfikir yang selama ini di jalani, yang tentu nya dapat merugikan petani sendiri.

Mengajak para petani supaya bisa merawat dan turut melestarikan tanaman kopi lokal sebagai warisan budaya negara Indonesia.

Senantiasa mengingat kan para petabi agar jangan mudah tergiur uang cepat yang di tawar kan para tengkulak, demi mereka mendapat kan harga murah.
Karena mengingat harga jual kopi di pasaran saat ini tidak lah murah.

Berusaha agar para petani sejahtera dari hasil tanaman kopi yang mereka tanam dan tetap menghasil kan biji kopi terbaik.

Menurut rekan - rekan Edu Kopi selama ini para petani kopi Indonesia khusus nya di wilayah Sukabumi itu seperti dalam peribahasa " Tikus mati di lumbung padi " .

Karena biji kopi kualitas terbaik yang di miliki dan di hasil kan sendiri di jual dengan harga rendah ke para tengkulak untuk di jual ke pabrik, bahkan di jual ke pasar luar negri.

Sedangkan para petani sendiri menikmati secangkir kopi sachet, hasil membeli dari warung yang entah kualitas keberapa, bahkan di ragukan keaslian kandungan biji kopi di dalam nya.
Sungguh ironi, para petani kopi negri ini,  kopi terbaik di jual murah, di saat ingin menikmati secangkir kopi, mereka membeli kopi murah.

Jumat, 22 September 2017

Artist Residency 2017. Seniman mukim Festival Pangkalan.

Artist Residency 2017 atau seniman mukim. Para seniman dari berbagai kota akan mukim berturut - turut selama tiga hari dan berbaur bersama warga sekitar.

Peserta akan menetap dan bermukim di rumah warga serta melakukan aktivitas sehari - hari bersama warga lokal.

Selama bermukim para peserta akan di pandu oleh masyarakat lokal ke berbagai tempat unik dan ber potensi, yang di miliki dan tersimpan di sekitar Kp Pangkalan Desa Pada Asih Kec Cisaat Kab Sukabumi.

Hari Kamis (21/9/17) peserta Artist Residency 2017 mulai berdatangan ke Kota Sukabumi, mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia.

Para seniman yang berdatangan mulai berkumpul untuk melakukan registrasi ulang dan brifieng bersama para panitia sambil istirahat sejenak sampil menikmati pemandangan sore hari di objek wisata Gunung Sunda, salah satu objek wisata yang di miliki Kec Cisaat.

Sekitar pukul 19.30 para peserta di pandu langsung oleh panitia menuju ke titik pusat kegiatan utama.

Di gapura pintu masuk Kp Pangkalan yang tepat di sisi barat lereng Gunung Sunda, penampilan kesenian Dogdog lonjor, Karinding Karreta, serta letusan bunyi meriam bambu menjadi pertanda di mulai nya upacara penyambutan para peserta.

Upacara di lakukan oleh semua lapisan warga serta tokoh masyarakat setempat. Penerangan cahaya dari ratusan obor yang di pasang sepanjang jalan, menjadi penambah rasa sakral dalam ritual upacara penyambutan.

Ritual meminum air dari sumber mata air Kp Pangkalan tidak ketinggalan di lakukan, yang bertujuan agar para peserta di harap kan bisa betah  menyatu bersama alam dan lingkungan sekitar.

Upacara penyambutan di pimpin langsung oleh sesepuh tokoh Kp Pangkalan, Bapak H. Nurdin. Beserta tokoh masyarakat lain nya.

Pementasan beragam bentuk kesenian yang di tampil kan warga lokal pada sebuah panggung hiburan sederhana di halaman sebuah TK, menjadi pembuka sekaligus penutup acara penyambutan para peserta seniman mukim.

Para seniman yang berasal dari kota Jakarta, Bandung, Bekasi, Tanggerang, Jogjakarta dan seniman lokal Sukabumi, turut juga ambil bagian dalam kegiatan yang akan berlangsung dari tanggal 21 sampai  24 September 2017.

Selama tiga hari para seniman yang belatar belakang dan ber bidang seni berbeda ini akan melakukan observasi, pemetaan serta melakukan pengumpulan materi yang akan menjadi bahan karya mereka, sekaligus melakukan pembimbingan pada masyarakat lokal berdasar kan bidang seni masing-masing.

Para peserta  "Artists Residency 2017" akan menjadi mentor bagi warga lokal dalam proses menumbuh kembang kan potensi - potensi lokal yang dapat di kembang kan secara ber kesinambungan dan berdampak pada kehidupan masyarakat di kemudian hari.

Para seniman bidang Seni Rupa, Teater, Tari dan Media, mereka berkumpul akan mengolah dan berdiskusi tentang potensi budaya dan masyarakat yang nanti nya akan di tampil kan menjadi sebuah pentas seni dan pameran karya, yang melibat kan masyarakat lokal di puncak acara, pada akhir bulan Oktober mendatang.